Kisah Tan Nunggal dan Bujang Nadi Dare Nandung

Pada zaman dahulu ketika keturunan Sultan sedang pergi berburu ke hutan, ketika sedang asik berburu tetapi bukan buruan yang didapatkan, tiba-tiba rombongan dikejutkan dengan tangisan suara bayi. Semua rombongan berpikir” di hutan belantara seperti ini dari mana asal suara tangisan bayi tersebut” ujar keturunan Sultan tersebut. Keturunan Sultan tersebut langsung memberikan perintah kepada seluruh prajurit yang ikut berburu untuk mencari dari mana suara bayi berasal. Setelah sekian lama mencari ternyata suara bayi tersebut berasal dari rumpun bambu, prajurit langsung diperintah untuk menebang pohon bambu tersebut, tanpa di duga dan di sangka semua rombongan di kejutkan dengan kehadiran seorang bayi yang berasal dari salah satu ruas pahon bambu. Tanpa pikir panjang, di dampingi dengan perasaan panik keturunan Sultan yang memimpin kegiatan berburu langsung memberikan perintah kepada seluruh anak buahnya untuk membawa bayi yang ditemukan di dalam bambu tersebut di bawa ke Istana untuk di temukan dengan Sultan Sambas. Secara kebetulan Sultan Sambas juga belum mempunyai anak, jadi bayi yang di temukan di hutan tadi langsung di angkat oleh Suultan Sambas untuk menjadi anaknya dan di beri nama TanNunggal. Mengapa bayi yang di temukan di dalam rumpun bambu tersebut diberi nama TanNunggal?????

Pada zaman dahulu setiap keturunan Sultan pasti di panggil dengan sebutan “Tan”, kebetulan bayi yang di temukan di dalam rumpun bambu tersebut memiliki gigi yang aneh kalau di bandingkan dengan manusia biasa atau manusia normal. Dari rahang kiri sampai rahang kanan gigi bayi tersebut menyatu seolah-olah hanya memiliki satu gigi atau sering di sebut dengan gigi tunggal, padahal kalau manusia biasa giginya tidak mungkin menyatu atau terdiri dari beberapa buah gigi, sehingga bayi tersebut di beri nam TanNunggal.

TanNunggal dibesarkan di lingkungan istana Sambas layaknya seperti anak sendiri, sehingga TanNunggal menjadi tumbuh dewasa dengan gagah berani dan dipercaya akan menggantikan posisi bapaknya (sultan Sambas) memimpin kerajaan Sambas. Pada saat TanNunggal memerintah kerajaan Sambas dia menyunting rakyat biasa menjadi istrinya dan dikaruniai dua orang anak, yaitu laki-laki dan perempuan, yang laki-laki diberi nama Nadi dan yang perempuan diberi nama Nandong. Dalam kebiasaan masyarakat Sambas biasanya anak laki-laki sering dipanggil dengan sebutan Bujang dan yang perempuan dipanggil dengan sebutan Dare, maka jelaslah anak tersebut dipanggil dengan Bujang Nadi dan Dare Nandong. Pada saat TanNunggal berkuasa di Sambas, raja TanNunggal terkenal dengan raja yang kejam karena sifatnya yang sombong dengan rakyat. Dia memimpin dengan sewenang-wenang, apa yang ia katakan dan semua keinginannya harus dilaksanakan walaupun hal tersebut dibenci oleh rakyat Sambas, banyak hal yang terjadi sehingga TanNunggal dikatakan raja yang kejam dan zalim. Pernah pada suatu saat rakyat Sambas digemparkan dengan kejadian yang sangat mengejutkan sampai-sampai TanNunggal dikatakan manusia setengah siluman. Pada saat ia memimpin TanNuanggal paling senang makan sambal asam, pada hari itu tukang masak kerajaan atau tukang buat sambal asam terlambat membuat sambal asam, sedangkan jam makan siang TanNunggal sudah sebentar lagi, jadi si tukang masak tergesa-gesa untuk membuat sambal asam untuk TanNunggal sedangkan dia sudah tahu bahwa TanNunggal tidak mau memakan tanpa sambal asam bahkan TanNunggal bisa marah, begitu takut dimarah TanNunggal si tukang masak tergesa-gesa untuk membuat sambal asam sampai-sampai jari kelingkingnya teriris lalu darahnya menetes ke dalam sambal asam yang dibuat tadi, karena waktu yang sudah sangat singkat lalu si tukang masak itu langsung mengaduk darah yang menetes tadi ke dalam sambal asam yang ia buat karena ia berpikir tidak sempat lagi membuat sambal asam yang baru. Sambal asam tersebut langsung disajikan di meja makan TanNunggal, begitu memakan sambal tersebut TanNunggal sangat kenyamanan dia berpikir “Mengapa ya sambal asam pada hari ini sangat enak berbeda dengan hari biasanya”. Lalu TanNunggal bertanya kepada si tukang masak. Si tukang masak pun tidak berani untuk berbohong, ia menceritakan bahwa sambal asam itu sudah bercampur dengan darahnya sendiri. Semenjak kejadian itu TanNunggal memerintahkan kepada tukang masak setiap kali membuat sambal asam harus dicampur dengan darah manusia.

Kembali ke cerita Bujang Nadi dan Dare Nandong, pada masa hidupnya Bujang Nadi sangat suka memelihara ayam jago dan Dare Nandong paling suka untuk menenun kain sampai-sampai dia pernah mendapatkan hadiah berupa mesin tenun yang berlapis emas, tiap hari Bujang Nadi dan Dare Nandong hanya diperbolehkan bermain berdua saja melainkan hanya berteman dengan ayam jago dan alat tenun milik Dare Nandong karena TanNunggal sangat membenci mereka jika dia berteman dengan rakyat biasa. Pada suatu kejadian, ketika Bujang Nadi dan Dare Nandong sedang asik barmain di taman istana tanpa sadar mereka di intip oleh seorang pengawal istana, tepat pada saat itu Bujang Nadi dan Dare Nandong sedang asik bercerita tentang perkawinan.

Bujang Nadi : dik, jika kamu ingin mencari pasangan hidup. Pasangan hidup seperti apa yang kamu idamkan?
Dare Nandong : adik sangat mengharapakan, nanti calon suami adik mirip dangan abang, baik itu dari segi gantengnya, gagahnya, dan sikapnya harus seperti abang. Sedangkan abang, istri seperti apa yang abang inginkan?
Bujang Nadi : abang juga berkehendak demikian, abang sangat mengharapkan istri abang nantinya seperti adik cantiknya dan tentunya hati istri abang juga seperti adik lembutnya.

Mendengar percakapan kakak adik tersebut pengawal kerajaan yang sedang mengintip tadi salah artikan, dia berpikir kakak adik tersebut ingin melakukan perkawinan sedarah, tanpa berpikir panjang sang pengawal kerajaan itu langsung melaporkan kejadian tersebut kepada TanNunggal. Raja TanNunggal sangat terkejut, dia sangat malu dengan kejadian itu, sebelum anaknya berbuat hal yang dapat merusak citra atau nama baik kerajaan Sambas bahkan dapat memberikan aib bagi kerajaan, padahal apa yang iya dengar semuanya salah belaka. TanNunggal langsung memerintahkan kepada prajuritnya untuk mengubur kedua anaknya yaitu Bujang Nadi dan Dare Nandong beserta dengan ayam jago milik Bujang Nadi dan mesin tenun milik Dare Nandong. Kemudaian kedua kakak adik tersebut di kubur hidup-hidup di daerah Sebedang Kecamatan Tebas tentunya masih di Kabupaten Sambas. Konon katanya masyarakat setempat sampai pada saat ini masih percaya bahwa kuburan tersebut sangat angker karena setiap malam jumat sering mendengar kokokan suara ayam jantan yang berasal dari kuburan Bujang Nadi dan Dare Nandong yang di kubur dalam satu makam, bahkan kadang-kadang terdengar suara orang sedang menenun kain yang juga berasal dari kuburan tersebut yang di duga milik Dare Nandong.


Danau Sebedang
Lokasi pemakaman Bujang Nadi dan Dare Nandong
danau ini dimitoskan sering muncul buaya putih (bahasa sambasnya : Jallu Putteh) sebagai penjelmaan dari Bujang Nadi dan Dare Nandong
 Exspedisi sejarah mencari kuburan bujang nadi dan dare nandong di ceritakan beberapa kali pernah dilakukan akan tetapi tidak membuahkan hasil, pernah juga diceritakan bahwa lokasi makamnya telah ditemukan dan digali akan tetapi dan saat tong mayat baru kelihatan dari dalam tanah tiba-tiba cuaca berubah, halilintar sambar-menyambar di siang bolong dalam cuaca yang terang benderang tidak lama kemudian hujan ribut turun seketika dengan ganasnya seperti orang mengamuk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar